LAPORAN JAWABAN UTS
1. Multimedia Pembelajaran
a. Multimedia interactive adalah media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sumber belajar yang dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar, baik secara individual maupun kelompok. Multimedia interactive ini memiliki peranan yang bisa menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. Multimedia interaktif ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penggunaan multimedia interaktif cocok untuk mengajarkan suatu proses atau tahapan, misalnya penyerbukan pada tumbuhan, pembelahan sel, proses pertumbuhan janin manusia, ilmu waris, pelaksanaan haji, dan lain sebagainya.
b. Peranan kami dalam pemangpaatan
2. A. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan me-nafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Persepsi, seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield, menyebutnya: faktor fungsional dan faktor structural. dari faktor-faktor internal dalam diri kita. inilah beberapa contoh faktor yang mempengaruhi perhatian kita.
Faktor-faktor Biologis. Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran di dominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton film porno, akan cepat melihat stimuli seksual di sekitarnya.
Faktor-faktor Sosiopsikologis. Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu. Bila kita ditugaskan untuk meneliti berapa orang mahasiswa berada di kelas, kita tidak akan dapat menjawab berapa orang di antara mereka yang berbaju merah.
Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan batuan; ahli botani pada bunga-bungaan, ahli zoologi pada binatang, seniman pada warna dan bentuk; orang yang bercinta. Menurut sebuah anekdot, bila Anda ingin rnengetahui dari suku mana kawan Anda berasal, bawalah mereka berjalan-jalan. Tanyakan berapa perempatan yang telah dilewati. Yang dapat menjawab pertanyaan ini pastilah orang Padang (umumnya mereka pedagang kakilima). Tanyakan berapa pagar tanaman hidup yang telah dilihatnya. Yang dapat menjawab pasti orang Sunda (karena mereka menyenangi sayur-sayuran) Tanyakan berapa kuburan keramat yang ada. Hanya orang Jawa yang bisa menjawab (Mengapa?). Tentu saja, anekdot bukanlah proposisi ilmiah. Tetapi anekdot ini menggambarkan bagaimana latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan menentukan apa yang kita perhatikan. Kenneth E. Andersen menyimpulkan teori tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
- Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan pasi dan refleksif. Kita secara sengaja mencari stimuli tertentu dan mengarahkan perhatian kepadanya. Sekali-sekali, kita mengalihkan perhi tian dari stimuli yang.satu dan memindahkannya pada stimuli yan lain.
- Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.
- Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita. Kita cenderung memperkokoh kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan yang ada dalam mengarahkan perhatian kita, baik sebagai komunikator atau komunikate.
- Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita. Kita cenderung berinteraksi dengan kawan-kawan tertentu, membaca majalah tertentu, dan menonton acara TV tertentu. Hal-hal seperti ini akan menentukan rentangan hal-hal yang memungkinkan kita untuk menaruh perhatian.
- Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepsi kita akan betul-betui cermat. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
- Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita; kita cenderung mempersepsi apa yang memang ingin kita persepsi. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek motivasi ini menimbulkan distraksi atau distorsi (meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada). Intensitas perhatian tidak konstan.
- Dalam hat stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan. Kita mungkin memfokuskan perhalian kepada objek sebagai keseluruhan, kemudian pada aspek-aspek objek itu, dan kembali lagi kepada objek secara keseluruhan.
- Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
- Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin kurang tajam persepsi kita pada stimuli tertentu.
- Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faklor personal. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap berkaitan atau mempunyai hubungan sebab dan akibat. Bila setelah terjadi kematian seorang tokoh, turun hujan lebat, kita cenderung menganggap hujan lebat diakibatkan oleh matinya sang tokoh. Bila pada saat terjadi kesulitan ekonomi anda memegang pemerintahan, orang akan mengaitkan kegagalan ekonomi itu pada kebijaksanaan Anda. Bila setelah saya menjadi pimpinan bantuan datang, orang akan menghubungkan bantuan itu pada pengangkatan saya menjadi pimpinan.
2. B. Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan pengaruh kognitif, emosional, dan lingkungan dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan dalam pengetahuan seseorang, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2004; Ormrod, 1995). Learning as a process focuses on what happens when the learning tak es place. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar tak tempat es. Explanations of what happens constitute learning theories. Penjelasan dari apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. A learning theory is an attempt to describe how people and animals learn, thereby helping us understand the inherently complex process of learning. Learning theories have two chief values according to Hill (2002).
Sebuah teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang-orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses inheren kompleks belajar teori Belajar miliki. Dua nilai utama menurut Hill (2002).
One is in providing us with vocabulary and a conceptual framework for interpreting the examples of learning that we observe. Salah satunya adalah dalam menyediakan kita dengan kosa kata dan kerangka konseptual untuk menafsirkan contoh pembelajaran yang kita amati. The other is in suggesting where to look for solutions to practical problems. Yang lainnya adalah dalam menyarankan di mana untuk mencari solusi untuk masalah-masalah praktis. The theories do not give us solutions, but they do direct our attention to those variables that are crucial in finding solutions. Teori-teori tidak memberikan kita solusi, tetapi mereka mengarahkan perhatian kita untuk variabel-variabel yang penting dalam mencari solusi.
There are three main categories or philosophical frameworks under which learning theories fall: behaviorism, cognitivism, and constructivism. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis di mana teori-teori belajar jatuh: behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Behaviorism focuses only on the objectively observable aspects of learning. Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif dapat diamati pembelajaran. Cognitive theories look beyond behavior to explain brain-based learning. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. And constructivism views learning as a process in which the learner actively constructs or builds new ideas or concepts. Dan pandangan konstruktivisme pembelajaran sebagai sebuah proses di mana pelajar secara aktif membangun atau membangun ide-ide atau konsep baru.
Merriam and Caffarella (1991) highlight four approaches or orientations to learning: Behaviouist, Cognitivist, Humanist, and Social/Situational. Merriam dan Caffarella (1991) menyoroti empat pendekatan atau orientasi belajar: Behaviouist, kognitif, Humanis, dan Sosial / Situasional. These approaches involve contrasting ideas as to the purpose and process of learning and education - and the role that educators may take. Pendekatan ini melibatkan ide-ide yang kontras untuk tujuan dan proses pembelajaran dan pendidikan.
4. Karena Gagasan Universitas Terbuka merupan awal dan perintis salah satu model pembelajaran Jarak jauh apalagih sekarang dengan pekembangan teknologi informasi ini sangat mendukung untuk kelancaran pogramrang tersbut hal ini merupakan dampak positif bagi dunia Pendidikan meskipin kita sadara bahawa perkembangan Teknologi Informasi baru berkembang di Indonesia pada tahun 1980 an kompuer baru dikenalkan di dunia pendidikan di Indonesia dengan mempelajari gagasan Universitas Terbuka kita dan di perpaduan dengan teknologi kita bisa mengunakan system pemebelajaran E-learning .
Pembelajaran jarak jauh ini mengarah kepada model pembelajaran electronic (Electronic Learning Model).
A. Pengertian e- Learning menurut beberpa ahli, diantaranya :
Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
a. menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
b. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001]
c. e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.
d. Kesimpulan dari pengertian e-Learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning (Wahono, 2005, p. 1).
B. Model e-Learning memiliki tiga tahapan yaitu eksplorasi, penyusunan, dan evaluasi. Tahapan ini disertai secara khusus pandangan terhadap konteks social budaya yang sering luput dari perhatian masyarakat padahal dampaknya amat jelas. Berikut akan diuraikan tahapan e-Learning
a) Eksplorasi
Dalam tahap eksplorasi, pengembang pembelajaran mendokumentasikan, mengumpulkan informasi terkait dengan latar pembelajaran, misalnya informasi tentang peserta didik.
b) Penyusunan
Penyusunan merupakan tahapan pemetaan informasi yang telah diperoleh melalui eksplorasi. Termasuk dalam hal ini informasi tentang proses belajar, materi berikut konteksnya, model pedagogic, serta menentukan strategi pembelajaran online.
c) Evaluasi
Tahapan ini merupakan tahap untuk menentukan apakah maksud, tujuan pembelajaran, hasil yang diperoleh serta revisis yang harus dialksanakan berdasarkan masukan yang diterima.
C. Kekhasan model e-Learning
a) Berorientasi pada proses pembelajaran di kelas maya (Virtual classroom)
b) Model ini mengangkat masalah social budaya yang sangat menonjol untuk mengantisipasi lompatan waktu dan geografis yang timbul
c) Memanfaatkan berbagai macam system penyampaian serta bahan ajar yang biasa digunakan pada pembelajaran untuk kelas konvensional.
D. Manfaat model pembelajaran e-Learning
a) Bisa diterapkan untuk penggunaan media digital dan telekomunikasi
b) Menjangkau karakteristik peserta didik lebih rinci dibandingkan dengan model-model desain pembelajaran lain
c) Jika diterapkan secara murni, maka system penyampaian atau penyajian materi menjadi lebih menarik.
d) Menerapkan seluruh komponen desain pembelajarn berbasis KBM lebih jelas.
e) Untuk penerapan di Indonesia sangat berguna karena telah mencantumkan aspek social budaya yang terinci untuk dijadikan masukan dalam model pembelajaran.
E. Kelemahan atau keterbatasan model e-Learning
a) Karena relative baru dan ditujukan untuk online learning, maka tidak semua pengajar menyadari adanya model ini
b) Tidak semua aspek dapat diterapkan untuk KBM, terutama terkait dengan teknologi belajar
c) Penyediaan infrastruktur (ICT) dan perangkat keras relative masih mahal dan belum terjangkau oleh semua lembaga atau organisasi pendidikan di Indonesia
5. Face To Face Education (Pembelajaran Secara Langsung)
Pembelajaran secara langsung ini model belajar dan pembelajaran (Instructional Learning Model) yang merupakan proses pembelajaran Classroom Oriented . Model ini memang hanya menitikberatkan pada satu KBM. Jika ditinjau dari sisi peserta didik, model ini merancang satu periode belajar tertentu. Desain pemebelajaran untuk KBM sebenarnya memandu seorang pengajar bagaimana mengelola, menciptakan interaksi belajar- mengajar bahkan memotivasi pembelajar dengan tepat. Kreativitas pengajar, kerja sama pengajar dengan pembelajar dan pihak lain yang terlibat dapat dikembangkan dengan baik dalam model KBM ini.
a. Kekhasan/ciri-ciri Model desain KBM
1. Relatif lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut diantaranya analisis pembelajar, rumusan tujuan pembelajaran, system penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian pembelajaran.
2. Tak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya. Selain itu, model ini sangat memeperhatikan pembelajar, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, atau kemampuan prasyarat.
3. Mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas seperti, pengelompokkan pembelajar menjadi belajar mandiri, belajar tim, dan sebagainya.
4. Mengisyaratkan peran guru atau pengajar dalam menyampaikan materi dan mengelola kegiatan di kelas.
5. Model ini dapat diterapkan oleh pengajar sendiri tanpa tim khusus.
b. Kelemahan Model desain KBM
1. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu.
2. Walaupun komponen relative banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya.
3. Model ini menitikberatkan penyampaian materi dan pengelolaan kelas yang sebaiknya dilakukan oleh pengajar.
4. Aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak terdeteksi.
Komentar
Posting Komentar